Webinar literasi digital Kemenkominfo.
Solok, Jurnas.com – Guru di masa kini mesti pintar menarik siswa untuk semakin kreatif belajar. Mendigitalkan materi belajar menjadi keharusan. Itu karena guru dan siswa kini belajar dengan pola e-learning, yang membuat siswa bisa mendapatkan literasi pelajaran tanpa batas.
”Guru harus aktif mengelola website sekolah yang update setiap saat. Ini solusi modern kelas sekolah di era digital, salah satunya agar mudah mendigitalkan materi pelajaran,” kata Pretisila Kartika Putri, dosen Universitas Jenderal Soedirman, saat menjadi narasumber dalam webinar literasi digital untuk komunitas pendidikan di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat, Selasa (27/2).
Mengusung tema ”Menjadi Guru Kreatif dan Inovatif di Era Digital”, diskusi virtual yang diikuti oleh lebih dari 670 guru jenjang sekolah dasar se-Kabupaten Solok itu, diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat.
Usman Kansong Mundur dari Dirjen IKP
Pretisila Kartika Putri menambahkan, digitalisasi materi belajar dengan konten dan game menarik, membuat siswa makin tertarik mengikuti pelajaran. ”Ada beragam pilihan aplikasi yang mudah diakses dan dipaparkan di kelas modern. Intinya, guru mesti meng-upgrade kecakapan digitalnya. Guru tak bisa lagi gaptek (gagap teknologi),” ujar Pretisila, yang juga Asesor Kompetensi LSP.
Dari perspektif etika digital, Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Solok Irnes Jekli mengatakan, etika merupakan hal yang mesti diperhatikan guru saat mendampingi siswa belajar di kelas modern. Saat berinteraksi dan berada di ruang kelas digital, siswa harus menjaga etika dan tata krama, yang salah satunya dilakukan dengan menjaga kesopanan.
Selama proses belajar, lanjut Irnes Jekli, setiap pribadi siswa mesti memahami sopan santun, antara lain dengan menggunakan bahasa yang sopan. ”Menjaga etika saat di kelas menjadi tanggung jawab guru. Bagaimana agar siswa, meskipun pintar tapi tetap bermoral dan menjaga martabat. Ajaran budaya bangsa dan Pancasila selalu menjadi acuan moral siswa di kelas,” pesan Irnes Jekli.
Sementara itu, Ketua Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (RTIK) Kabupaten Sleman A. Bayhaqi menekankan peran guru dalam membantu memilah dan memilih konten dan materi yang tepat untuk siswa di kelas. Ini peran penting, kata Bayhaqi, karena banyak materi yang tidak sesuai dengan budaya bangsa.
Misal, materi itu dikemas dengan baik dalam game dan konten yang membuat anak penasaran. Tetapi ternyata di dalamnya berisi ajakan yang berdampak negatif dan belum waktunya diakses siswa di masa belajarnya. ”Di situlah guru mesti jeli memilah dan menjadi teman diskusi yang inspiratif buat siswa,” pungkas Bayhaqi dalam webinar yang dipandu oleh moderator Iin Mendah Mulyani.
Untuk diketahui, program #literasidigitalkominfo tahun ini mulai bergulir pada Februari 2024. Berkolaborasi dengan Siber Kreasi dan 142 mitra jejaring seperti akademisi, perusahaan teknologi, serta organisasi masyarakat sipil, program ini membidik segmen pendidikan dan segmen kelompok masyarakat sebagai peserta.
Program untuk mewujudkan Indonesia yang #MakinCakapDigital ini bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, kreatif, produktif, dan aman.
Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,6 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.
Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo. (*)
KEYWORD :Kemenkominfo Literasi Digital Pretisila Kartika Putri Belajar